Kamis, 04 April 2013

Collectotrhicum gloeosporioides dengan empat inang dan gejala yang berbeda

pelaku penyerangan
C.gloeosporioides

hasil visum pada korban terserang
korban.1 buah cabai

korban.2 daun karet


korban.3 buah pepaya

korban.4 buah pisang


pesan dari PEST HUNTER
Jangan menanam keempat tanaman tersebut dalam satu area yang sama.. karena bisa berakibat fatal terutama tanaman cabai dan karet.. dan ingat.. "serangan penyakit terjadi terkadang bukan karena niat patogennya(patogenesitas) melainkan karena adanya kesempatan yang diberikan oleh inangnya(rentan).." WASPADALAH>> WASPADALAH...


hoho..



 







Selasa, 29 Maret 2011

KLINIK TANAMAN (rumah sakitnya tumbuhan/tanaman)

 SEKILAS PANDANG
ngentri lagi saya..  kali ini tentang klinik tanaman yang jadi ulasan.. dikalangan masyarakat mungkin masih awam tentang klinik tanaman ini.. yah maklum... sejauh yang saya ketahui memang  klinik tanaman belom ada memiliki cabang-cabang disetiap desa-desa.. bahkan dikota pun mungkin ga semua yang punya..
Sejauh penelusuran saya (nanya sama mbah google.. hahay :D) klinik tanaman ini adanya masih sebatas lingkungan kampus + website2(blog-blog) yang menamakan dirinya klinik tanaman (termasuk blog saya ni walopun judulnya ngga tapi isinya ia.. haha ). Yah ini tentunya jauh beda sama kliniknya orang sakit (minimal setiap kecamatan pasti ada). nah loh ini dia mungkin penyebab klinik tanaman masih kurang populer dibanding klinik dll sama masyarakat padahal negara kita negara agraris.. hhe..
okeh..kita awali dari kutipan entri saya sebelumnya "...hmm mudah mudahan lah blog saya ini bisa dibaca semua orang khususnya Petani (biar tepat sasaran) [ni doa nih.. aminkan ya.. ato setidaknya doain para petani beli laptop dan bisa ngenet diladang sambil ngutip tomat ato sambil mbajak, ato sambil merajang tembakau.. jadi semua kendala tanaman mereka bisa diatasin sendiri sama petani... AMIINNN... mudah mudahan terkabul]..." kutipan http://lifetoscienceadventure.blogspot.com/2010/12/phytopathology-adventure.html sekalian mampir.. hhe promosi.).

KLINIK TANAMAN

Klinik tanaman merupakan suatu wadah dimana terjadi suatu pelayanan pada masyarakat yang berhubungan dengan ganngguan pada tanaman yang diusahakannya. Klinik tanaman dapat juga didefinisikan sebagai wadah penyaluran/disseminasi informasi-informasi tentang pengendalian. Melalui klinik tanaman ini petani dan petugas klinik tanaman dapat berdiskusi secara mendalam tentang pengelolaan pertanaman mereka untuk mendapatkan hasil yang sehat dan optimal dengan meminimumkan kerusakan terhadap ekosistem lingkungan. petugas-petugas klinik tanaman sendiri biasanya dilengkapi oleh para ahli dan petugas ( mahasiswa yang magang) yang melakukan penyululuhan  maupun pendidikan di bidang penyakit tanaman.
Fungsi klinik tanaman
klinik tanman itu berfungsi untuk/sebagai:  
1.Menyebarluaskan teknologi PHT kepada petani dan institusi lain
2.Wadah bagi staf pengajar dan mahasiswa untuk menangani permasalahan hama dan penyakit di lapangan
3.Wadah mekanisme respon balik bagi masyarakat tentang apa yang dialami petani dan klien lainnya yang dapat menjadi bahan penelitian dan memperkaya dalam pengajaran di kelas.
 neh skema pelayanan klinik tanaman..

 klo yang ini contoh formulir klient yang ada di klinik tanaman..
 nah klo yang ini contoh label buat si sakit (sampel tanaman maksudnya)
 nih juga contoh nih..

ini salah satu contoh klinik tanaman di negara Bolivia(dari google)


yang ini klient yang sedang membawa sampel tanaman sakit (dari google)

salah satu kegiatan identifikasi di klinik tanaman(dari google)
  yang ini sekedar berbagi aja..

nah itu sekilas tentang klinik tanaman.. klo masi kurang informasi.. datangi aja langsung ketempatnya dikota-kota terdekat dengan kebun/ladang anda.. 
sampe ktemu di lain entri..

Sabtu, 19 Maret 2011

" Analysa cluster " buat hama dan penyakit Tanaman (spss tutorial)

entri kali ini saya mo ngebahas + berbagi ilmu yang gue dapet dari akademik buat penelitian.. mudah-mudahan berguna ya..

analysa cluster pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi data, yaitu proses untuk meringkas sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai cluster. atau omongan dusunnya "mengelompokkan" data yang didapat dari lapangan.. system analisa ini banyak digunakan sama orang-orang ekonomi, kedokteran, dll.. nah kali ini saya akan menggunakannya untuk menganalisa data dari kedokteran (spesialis tumbuhan.. maksudnya) hihi..

data yang saya dapat (ini misalnya ya..)  dari lapangan ketika mensurvei empat tanaman perkebunan tentang penyakit-penyakit apa aja yang nyerang tuh tanaman. pengelompokannya dibagi menjadi serangan virus, bakteri, nematoda, fungi, dan peyakit abiotik.

pada tanaman sawit serangan virus (78%), bakteri(88%), nematoda(23%), fungi(43%) , & abiotik (54%)
pada tanaman karet serangan virus (12%), bakteri (32%), fungi(43%), nematoda(54%), & abiotik (66%)
pada tanaman kakao serangan vieus(23%), bakteri(43%), fungi(54%), nematoda(23%), & abiotik (32%)
pada tanaman kopi serangan Virus (43%), bakter (34%), fungi (43%), nematoda(54%), & abiotik (23%)

nah data itu sekarang saya olah dengan analisa cluster spss
1. open spss (yang saya pake versi 16)
klik variable view.

2. isikan penyakit pada baris pertama & nama nama tanaman pada baris 2, 3, 4, & 5
pada bagian penyakit ubah type numeric menjadi type string

3. kembalikan ke data view
pada kolom penyakit isikan jenis-jenis penyakit yang menyerangnya, pada kolom tanaman (sawit, karet, kakao, & kopi) masukan data yang didapat dari lapangan tadi.

4. klik analyze (ada dibagian atas)

cari yang namanya classify baru diklik hierarchical cluster

5. muncullah kotak kecil seperti ini
penyakit dimasukkan ke label cases, jenis-jenis tanaman dimasukkan ke variables..
lalu klik statistic, tandai yang namanya proximity matrix, trus continue..
selanjutnya klik plots, tandai yang namanya dendogram, lalu continue.. wokeh.. eh klik ok
6. ini dia hasilnya.. tara..
nah udah keliatan tuh kelompoknya patogen patogen tadi..
7.saya lanjutin ngolahnya..
saya mulai lagi dari no.4 dengan mengklik analize>>classify> hierarcycal cluster. lalu say ubah tanda cluster dari cases ke variables. trus oke..

8. ini hasil keduanya..


sampai disini pengolahan data dengan cluster analysis pun selesai... ada pertanyaan?? (hohoho..) :D :D :D

Jumat, 11 Maret 2011

HAMA-HAMA PENTING TANAMAN SAYURAN FAMILI: BRASSICACEAE DAN CUCURBITACEAE




Oleh:
1. Ellya Husnul Salamah         (08-38)
2. Joko Saraul Turnip             (08-06)
3. Nopran Budi Setiawan        (08-10)
4. Riska Destia Tanna             (08-29)
5. Zunida                                  (08-22)





DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….i
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….……...1
BAB II PEMBAHASAN…………...………...…………………………….…...3
a.1 Ulat Tritip (Plutella xylostella)………………………………….….…3
a.2 Ulat Krop (Crocidolomia binotalis Zell.)………………………….…7
a.3 Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)…………………………………...….…10
a.4 Ulat Grayak (Spodoptera litura)……………………………………..12
b.1 Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)…………………..……………..15
b.2 Lalat pengkorok daun (Liriomyza huidobrensis) ………………..…...18
b.3 Oteng-oteng atau Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver)……..……21
b.4 Siput (Achatina fulica)…………………………………………….....….23
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN……….………………..……………..26
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...27







                                                BAB I
PENDAHULUAN
Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa Latin hortus (tanaman kebun) dan cultura (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Bidang kerja hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, pemanenan, pengemasan dan pengiriman (Anonim, 2009).
Tanaman Holtikultura terdiri dari tanaman buah (pomology), bunga (florikultura), sayuran (olerikultura), obat-obatan, dan taman (lansekap). Tanaman sayuran merupakan salah satu komoditas penting terutama di Indonesia, selain sebagai bahan makanan, tanaman sayuran ini banyak menyimpan kandungan vitamin yang dibutuhkan tubuh manusia. Oleh karena itu pembudidayaan tanaman sayuran harus terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut (Anonim, 2009).
Brassicaceae dan Cucurbitaceae merupakan family dari tanaman yang banyak dijadikan sebagai sayuran. Dari family Brassicaceae yang menjadi sayuran penting di Indonesia antara lain Kubis, Sawi, Kol, Brokoli. Sedangkan dari family Cucurbitaceae yang menjadi sayuran penting di Indonesia antara lain Timun, Pare, dan masih banyak yang lain.
Dalam pembudidayaan tanaman sayuran dari kedua family tersebut yang menjadi kendala penting adalah adanya organisme pengganggu tanaman hama maupun penyakitnya. Hama yang menyerang tanaman sayuran dalam pembudidayaannya dapat berupa serangga atau hewan lain. Tetapi yang mendominasinya adalah dari golongan serangga.
Serangga yang menjadi hama penting pada tanaman sayuran kedua family tersebut antara lain adalah Ulat Tritip (Plutella xylostella), Ulat Krop (Crocidolomia binotalis Zell.), Ulat Tanah (Agrotis ipsilon), dan Ulat Grayak (Spodoptera litura) untuk tanaman sayuran famili Brassicaceae, sedangkan pada family Cucurbitaceae hama utamanya antara lain adalah Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.), Lalat pengkorok daun (Liriomyza huidobrensis), Oteng-oteng atau Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver), dan Siput (Achatina fulica) (Esti,  2010).
Kerusakan yang ditimbulkan akibat hama ini dapat merusak, mengurangi produksi, bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu mempelajari dan mengenal hama-hama penting yang menyerang kedua family tanaman sayuran tersebut sangatlah penting, yang kemudian dapat dijadikan sebagai pedoman untuk pengendaliannya.

            Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui sistematika, morfologi, stadia merusak, cara merusak, gejala serangan, bagian yang diserang, dan cara pengendalian hama-hama penting pada tanaman sayuran family Brassicaceae dan Cucurbitaceae.
















BAB II
PEMBAHASAN
a.1 Ulat Tritip (Plutella xylostella)


Sistematika
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Arthropoda
Class                : Insecta
Ordo                : Lepidoptera
Family              : Plutellidae
Genus               : Plutella
Species            : Plutella xylostella
(Anonim, 2009)

Morfologi dan Daur hidup
 Telur Plutella xylostella  berbentuk  bulat  panjang, lebarnya sekitar 0,26 mm dengan  panjang 0,49 mm. Ngengat betina dapat bertelur 180-320 butir. Umumnya telur diletakkan dibalik daun satu per satu, kadang dua-dua, atau tiga-tiga. Telurnya mengelompok dalam 1 daun atau daun yang berlainan tanaman sehingga satu ngengat dapat bertelur pada banyak tanaman kubis (Pracaya, 2009).
Larva yang baru menetas warnanya hijau pucat, sedangkan ulat dewasa lebih tua warna kepalanya lebih pucat dengan bintik-bintik atau garis cokelat. Panjang larva sekitar 9 – 10 mm, relatif tidak berbulu dan mempunyai 5 pasang tungkai palsu. Larva sangt licin dan jika disentuh akan menjatuhkan diri seakan-akan mati. Lama stadium larva 13 hari pada suhu 16 – 25oC.
Setelah cukup umur, ulat mulai membuat kepompong dari bahan seperti benang sutra abu-abu putih dibalik permukaan daun untuk menghindari panasnya sinar matahari. Pembentukan kepompong mulai dari dasarnya, sisi kemudian tutupnya. Kepompong masih terbuka pada bagian ujung untuk keperluan pernapasan. Pembuatan kepompong ini diselesaikan dalam waktu 24 jam. Setelah selesai ulat berubah menjadi pupa. Kulit ulat biasanya diletakan didalam kepompong, tetapi kadang juga diletakkan diluar kepompong. Mula-mula pupa berwarna hijau muda, kemudian berubah menjadi hijau tua dan kemudian berubah menjadi imago (Pracaya, 2009).
Imago dari hama ini memiliki warna sayap yang abu-abu kecoklatan. Namun sayap betina berwarna lebih pucat. Saat istirahat, empat sayapnya menutupi tubuh dan seakan-akan terdapat gambar seperti jajaran genjang yang warnanya putih seperti berlian. Oleh karena itu, hama ini disebut ngengat punggung berlian.

Stadia Merusak
            Plutella xylostella merusak tanaman dari stadia larva atau ketika masih menjadi ulat (Pracaya, 2009).

Gejala Serangan dan Bagian Tanaman yang Dirusak
Larva Plutella xylostella  memakan bagain  bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja. Gejala serangan hama ini yang terlihat pada daun sangat khas dan tergantung dari instar larva yang menyerang.  Larva instar I memakan daun kubis dengan jalan membuat lubang ke dalam permukaan bawah daun. Setelah itu larva membuat liang-liang korok ke dalam jaringan parenkim sambil memakan daun (Pracaya, 2009).
Larva instar II keluar dari liang-liang korok yang transparan dan memakan jaringan daun pada permuakaan bawah. Demikian juga dengan larva instar III dan IV memakan daun dalam jumlah yang lebih banyak sehingga meninggalkan cirri yang khas, yaitu lapisan epidermis tipis pada permukaan atas bekas gigitan ulat akan pecah dan menimbulkan lubang besar pada daun. Bila populasi tinggi, kerusakan berat pada daun sering terjadi, yaitu hamper seluruh daun dimakan larva dan hanya meninggalkan tulang-tulang daun. Biasanya hama ini menyerang tanaman yang masih muda, yaitu sebelum tanaman membentuk krop dan paling banyak muncul pada pertanaman berumur 2-6 minggu setelah tanam (Pracaya, 2009).

Pengendalian
Secara Mekanis
            Pengendalian  yang paling baik adalah secara mekanis. Caranya sejak tanaman tumbuh selalu diamati dan ulat segera dipijit sampai mati jika ada yang terlihat. Pada waktu hati mulai gelap, buatlah obor dibeberapa penjuru kebun kubis, lalu dibawah obor diberi piring atau cawan yang berisi air. Karena ngengat termasuk binatang yang suka cahaya pada waktu malam hari, hama ini akan segera datang pada waktu melihat obor, dan jatuh ke dalam cawan yang berisi air, lalu mati (Pracaya, 2009).
Secara Biologis         
            Pengendalian secara biologis dilakukan dengan cara mengurangi populasi ngengat tritip mempergunakan makhluk hidup seperti burung gereja dan prenjak. Burung ini sering mencari pakan berupa ulat tritip. Oleh karena itu, burung-burung jangan dimatikan atau dikurangi jumlahnya. Capung dan sejenis tabuhan sering juga mengejar-ngejar ngengat. Selain itu ada 2 jenis serangga yang asalnya dari selandia baru, yaitu Angitia cerophaga Grav. Serangga ini bertelur pada tubuh ulat atau pupa tritip. Setelah menetas, ulatnya keluar dan memakan tubuh ulat tritip atau pupa yang ditempati (endoparasit). Perkembangan Angitia lebih cepat dari ulat tritip, dari telur sampai menjadi kepompong sekitar 10 hari.
            Sekarang sudah ada jenis bakteri yang dipergunakan untuk memberantas tritip, yaitu Bacillus thuringiensis Berliner. Ulat yang terkena semprotan berisi bakteri ini dalam waktu berapa hari akan mati dan menjadi keras, demikian juga kepompongnya. Jika telah diberantas secara biologis, hama ini jangan diberantas dengan bahan kimia karena predator atau bakteri akan mati.
Secara Kimia
            Jika jumlahnya sangat banyak sehingga sudah melampai ambang ekonomi, segera semprot ulat dan ngengat dengan insectisida. Sebaiknya, pemakaian insectisida ini selalu bergantian jenisnya supaya tidak menimbulak kekebalan pada hama. Pakailah dosis yang mematikan sesuai petunjuk.
Sanitasi
            Di sekitar kebun kubis diusahakan tidak ada tanaman yang akan menjadi tempat persembunyian ngengat punggung berlian, misalnya tanaman keluarga Cruciferae (sawi liar dan lobak).
Bahan dari Tanaman
            Tomat (Lycopersicum esculentum) dari famili solanaceae dapat digunakan untuk pemberantasan ulat tritip. Caranya adalah 1 kg daun tomat dan batang ditumbuh, lalu dicampur dengan 17 liter air yang didiamkan beberapa jam sesudah itu, campuran disaring dan ditambahkan sedikit sabun sebagai perata atau perekat. Sekitar 17 liter bahan dapat dipakai untuk menyemprot sekitar 1000 tanaman kol yang diserang ulat tritip (ngengat punggung berlian).
            Tanaman  alami lainnya yang bisa berfungsi sebagai pembasmi ulat tritip, yaitu 5 buah cabai rawit (Capsicum frutescens), 3 umbi bawang putih (Allium sativum), 1 genggam beras daun gamal (Gliricidia sepium), dan 1 umbi bawang merah (Allium cepa Var. Ascalonicum). Bahan ditumbuk sampai halus, lalu dicampur diberi air panas dan dibiarkan semalam. Kemudian campuran bahan tersebut disaring dan diberi sabun sedikit. Setelah itu, larutan tersebutditambah air sampai menjadi 20 liter. Ramuan tersebut dapat menyemprot kol dipersemaian dan di lapangan yang diserang ulat tritip (Plutella maculipennis) (Pracaya, 2009).
Rotasi Tanaman
            Rotasi tanaman dilakaukan untuk memutus daur hidup ngengat tritip, jangan menanam tanaman kubis dan tanaman lain yang sekeluarga seperti sawi, lobak, radis, dan mustard dalam 1 tahun terus-menerus. Penanaman tanaman tersebut dapat dilakuakan 3-4 bula. Sebaiknya, penanaman tanaman dari keluarga tanaman ini seperti tomat, kedelai, selada, dan ubi jalar juga dilakukan (Pracaya, 2009).

a.2 Ulat Krop/Jantung Kubis (Crocidolomia binotalis Zell.)

Sistematika
Kingdom          : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class                : Insecta
Ordo                : Lepidoptera
Family              : Pyralidae
Genus               : Crocidolomia
Species            : Crocidolomia binotalis Zell
(Anonim, 2009)

Morfologi
Telurnya diletakkan di balik daun secara berkelompok, jumlah tiap kelompok sekitar 11 - 18, dan setiap kelompok berisi sekitar 30 - 80 butir telur. Telur berbentuk pipih dan menyerupai genteng rumah, berwarna jernih. Diameter telur berkisar antara 1-2 mm. Stadium telur berlangsung selama 3 hari (Pracaya, 2009).
Larva yang baru menetas hidup berkelompok di balik daun. Sesudah 4 - 5 hari, mereka bergerak ke titik tumbuh. Ulat yang baru menetas berwarna kelabu, kemudian berubah menjadi hijau muda. Pada punggungnya ada 3 baris putih kekuning-kuningan dan dua garis di samping, kepalanya berwarna hitam. Panjang ulat sekitar 18 mm. Punggungnya ada garis berwarna hijau muda. Sisi kiri dan kanan punggung warnanya lebih tua dan ada rambut dari kitin yang warnanya hitam. Bagian sisi perut berwarna kuning. Ada juga yang warnanya kuning disertai rambut hijau (Pracaya, 2009).
Pupa terletak dalam tanah di dekat pangkal batang inang. Panjang pupa sekitar 8,5 - 10,5 mm, berwarna hijau pudar dan coklat muda, kemudian berubah menjadi coklat tua seperti tembaga.
Imago jantan lebih besar dan lebih lebih panjang sedikitdaripada yang betina. Warna sayap muka krem dengan bercak abu-abu coklat. Ngengat jantan berambut hitam berumbia-rumbia di tepi masing-masing sayap muka di samping kepala, yang betina kurang rimbun. Lama hidup untuk ngengat betina sekitar 16 - 24 hari. Daur hidupnya sekitar 22 - 30 hari. Panjang larva dapat mencapai 18 - 25 mm.

Stadia Merusak
Crocidolomia binotalis Zell merusak tanaman dari stadia larva atau ketika masih menjadi ulat (Pracaya, 2009).

Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak
Larva kecil memakan bagian bawah daun dengan meninggalkan bekas berupa bercak putih. Lapisan epidermis permukaan atas daun biasanya tidak ikut dimakan dan akan berlubang setelah lapisan tersebut kering serta hanya tinggal tulang-tulang daunnya. Bila bagian pucuk yang terserang maka tanaman tidak dapat membentuk krop sama sekali.
Larva instar II mulai memencar dan menyerang daun bagian lebih dalam dan sering kali masuk ke dalam pucuk tanaman serta menghancurkan titik tumbuh. Apabila serangan terjadi pada tanaman kubis yang telah membentik krop, larva yang telah mencapai instar III akan menggerek ke dalam krop dan merusak bagain tersebut, sehingga dapat menurunkan nilai ekonominya. Tidak jarang juga akan sering terjadi pembusukan krop karena serangan tersebut yang diikuti oleh serangan skunder yaitu oleh jamur. Ulat krop kubis lebih banyak ditemukan pda pertanaman yang telah membentuk krop, yaitu pada tanaman berumur 7- 11 minggu setelah tanam.
Tanaman kubis atau sawi yang diserang ulat ini selain rusak dan daunnya habis dimakan, tanaman juga menjadi rusak dengan adanya sisa-sisa kotoran bekas ulat makan. Bila telur dalam kelompok menetas, sekitar 300 ulat akan makan titik tumbuh sempurna. Ulat akan menyerang dengan cepat pada tanaman lainnya sehingga ulat ini merupakan hama yang berbahaya bagi tanaman sawi besar dan kol.

Pengendalian
Secara Biologi
Pengendalain secara biologi dapat menggunakan musih alami, musuh alami dari Crocidolomia binotalis Zell. antara lain adalah:

Secara Fisik
Kelompok telur dan larva yang baru saja menetas diambil dan dimusnahkan. Gerombolan ulat tersebut dapat diambil dengan lidi yang diruncingi dan mengambil telur beserta sedikit daun, kemudian dimasukkan dalam suatu wadah untuk diberikan pada ayam atau dimusnahkan dengan cara dibakar. Pengambilan telur dan kelompok ulat tersebut paling tidak dilakukan dua kali setiap minggunya.
Secara Kultur Teknis
Menanam pada waktu musim hujan karena populasi hama ini paling rendah (sedikit).Penyemprotan dengan ekstrak biji nimba dan tuba.
Secara Kimia
Pengendalian secara kimia dapat adalah tekhnik pengendalain akhir yang dilakuakn setelah pengendalain yang lain tidak dapat lagi mencegah adanya hama tersebut, dapat menggunakan insektida sistemik.

a.3 Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)

Sistematika
Kingdom          : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class                : Insecta
Ordo                : Lepidoptera
Family              : Noctuidae
Genus               : Agrotis
Species            : Agrotis ipsilon Hufn
(Anonim, 2009)

Morfologi
Telur diletakkan secara tunggal atau beberapa butir bersama-sama pada tanaman muda, rerumputan dan lain-lain. Bentuk telur bulat kecil berdiameter 0,5 mm dan berwarna kuning muda, sehingga dilapangan sulit untuk ditemukan. Telur menetas setelah 3-5 hari (Pracaya, 2009).
Larvanya berwarna coklat tua sampai hitam dan hidup pada daun tanaman muda. Larva membuat lubang0lubang kecil dengan jalan memakan jaringan-jaringan daun. Bila larva sudah besar panjangnya antara 2,5-3,0 cm akan pindah ke tanah. Pada siang hari larva bersembunyi di dalam tanah, di sekitar batang tanaman yang dirusaknya. Lama stadium larva 30-36 hari.
Pupa dibentuk dipermukaan tanah dengan kokon terbuat dari tanah. Daur hidup ulat tanah berkisar antara 46-71 hari.
Imagonya memiliki sayap depan dengan warna coklat tua dengan beberapa titik putih dan bergaris-garis. Imagonya aktif terbang pada waktu senja dan malam hari. Lama hidup imagonya antara 7-14 hari.

Stadia Merusak

Agrotis ipsilon Hufn merusak tanaman dari stadia larva atau ketika masih menjadi ulat (Pracaya, 2009).

Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak
            Gejala serangan yang khas ditandai dengan terpotongnya tanaman pada pangkal batang atau tangkai daun. Kerusakan berat terjadi pada awal musim kemarau.

Pengendalian
Pengendalian  ulat ini diarahkan pada cara bercocok tanam yang lebih baik seperti pengolahan tanah yang intensif sehingga mampu menekan kehidupan larva dan pupa.


a.4 Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Sistematika
Kingdom          : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class                : Insecta
Ordo                : Lepidoptera
Family              : Noctuidae
Genus               : Spodoptera
Species            : Spodoptera litura
            (Anonim, 2009)
Morfologi
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang-kadang tersusun 2 lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan berkelompok (masing-masing berisi 25 - 500 butir) yang bentuknya bermacam-macam pada daun atau bagian tanaman lainnya. Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung ngengat betina. 
Sayap ngengat bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputih-putihan dengan bercak hitam. Malam hari ngengat dapat terbang sejauh 5 kilometer.
Larva mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai kalung/bulan sabit berwarna hitam pada segmen abdomen yang keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dorsal terdapat garis kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Beberapa hari kemudian tergantung ketersediaan makanan, larva menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya. Siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada malam hari. Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat tanah perbedaan hanya pada tanda bulan sabit, berwarna hijau gelap dengan garis punggung warna gelap memanjang. Umur 2 minggu panjang ulat sekitar 5 cm (Pracaya, 2009).
Hama ini membentuk kepampong di dalam tanah, membentuk pupa  tanpa rumah pupa (kokon) berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar antara 30 - 60 hari (lama stadium telur 2 - 4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 - 46 hari, pupa 8 - 11 hari). Seekor  ngengat betina dapat meletakkan 2000 - 3000 telur.

Stadia Merusak
Spodoptera litura  merusak tanaman dari stadia larva atau ketika masih menjadi ulat.

Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak
Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas/transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Larva instar lanjut merusak tulang daun dan kadang-kadang menyerang buah. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun menyerang secara serentak berkelompok, serangan berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat. Serangan berat umumnya terjadi pada musim kemarau.

Pengendalian
Secara Mekanis
Caranya adalah telur yang ada diambil bersama dengan daun tempat menempelnya. Pengambilannya jangan sampai terlambat sebab ulat akan bersembunyi di dalam tanah jika telah besar.
Pembuatan perangkap ulat grayak juga dapat dilakuakan, caranya adalah dengan pembuatan parit sepanjang sisi kebun dengan lebar 60cm dan dalam 45cm. Ulat grayak yang masuk kedalam parit dimatikan denga menggulung kayu bulat yang digerakkan majumundur siatas ulat grayak. Cara lain adalah paritnya diisi dengan jerami atau bahan lainnya yang mudah terbakar, lalu dibakar hingga ulat grayaknya mati.
Secara Biologis
Caranya adalah hama disemprot Bacillus thuringiensis atau Borrelinavirus litura.
Secara Kimia
Caranya adalah hama disemprot insektisida seperti Azodrin sedini mungkin sebelum ulat pergi bersembunyi kedalam tanah.
Sanitasi
Pembersihan gulma agar tidak menjadi tempat berkembang biak dan bersembunyi ngengat dan ulat.



b.1 Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)

Sistematika
Kingdom          : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class                : Insecta
Ordo                : Diptera
Family              : Tephritidae
Genus               : Dacus
Species            : Dacus cucurbitae Coq.
      (Anonim, 2009)

Morfologi
Telur lalat buah Dacus cucurbitae Coq. berbentuk ramping, berwarna putih dan ukuran 1/12 inci dari panjangnya. Telur dimasukkan ke dalam buah dalam tandan 1 sampai 37 dan akan menetas dalam 2 sampai 4 hari.
Larva lalat buah ini mengalami 3 tahap atau 3 instar. Larva atau belatung lalat buah ini memiliki bentuk yang khas yaitu berbentuk silinder, memanjang, menyempit dan agak melengkung ke bawah pada akhir dan mulut kait di kepala. Belatung ini mencapai sekitar 1/2 inci panjangnya pada saat jatuh tempo. Periode larva berlangsung 6-11 hari, dengan setiap tahap selama 2 hari atau lebih. Jangka waktu pembangunan larva sangat dipengaruhi oleh inangnya.
Hama ini membentuk kepompong atau pupa pada tanah di bawah tanaman inang. Ukuran pupanya adalah 1/5 atau 1/4 inci panjangnya, berbentuk elips dan kusam putih kekuningan warna cokelat. Selama cuaca hangat tahap pupa berlangsung 9 sampai 11 hari.
Lalat buah dewasa sedikit lebih besar dari lalat-lalat buah lainnya.  Ukuranya 1/3 sampai 1/2 inci panjang dengan lebar sayap 1/2 sampai 3/5 inci. Kepala dan mata berwarna coklat tua. Tubuh mereka yang coklat kekuningan dengan bercak kuning di atas dasar pasangan kaki pertama. Sebuah garis kuning, dengan garis melengkung di kedua sisinya, hadir di tengah-tengah punggung. Ujung terjauh tubuh dari kepala berwarna kuning. Sayap bermotif dengan band coklat tebal yang membentang sepanjang tepi terkemuka, berakhir di tempat coklat yang lebih besar di ujungnya. Band lain tipis memanjang dari pangkal sayap persis di trailing edge dari sayap masing-masing. Sebuah bercak coklat terjadi di dekat margin sayap. Perut yang berwarna kuning kemerahan dengan pita gelap pada segmen perut ketiga dan kedua. Kaki kekuningan. Mereka memiliki penampilan mirip dengan lalat buah oriental kecuali sayap bermotif.

Stadia Merusak
Dacus cucurbitae Coq. merusak tanaman stadia larva dengan memanfaatkan buah untuk makan dan tempat hidupnya dan imago merusaknya dengan membuat lubang pada buah untuk memasukkan telur.

Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak
Kerusakan pada tanaman yang disebabkan oleh lalat melon hasil dari 1) oviposisi buah-buahan dan jaringan lunak bagian vegetatif host 2) makan oleh larva, dan 3) dekomposisi dari jaringan tanaman dengan menyerang mikroorganisme sekunder.
Larva makan kerusakan di buah-buahan adalah yang paling merusak. Tanaman buah-buahan menyerang mengembangkan penampilan direndam air. Buah muda menjadi menyimpang dan biasanya drop. Terowongan larva memberikan entry point bagi bakteri dan jamur yang menyebabkan buah membusuk. Belatung ini juga menyerang bibit muda, akar sukulen tekan semangka, dan batang dan kuncup tanaman inang seperti mentimun, labu dan lain-lain.

Pengendalian
Sanitasi
            Pengendalian lalat buah dapat dilakuakan dengan cara sanitasi lingkungan areal pertanaman, kebersihan harus tetap dijaga. Semua buah yang telah terserang dikumpulkan menjadi satu kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar.
Secara Mekanik
            Penggunakan perangkap lalat buah. Konstroksi perangkap dibuat sedemikian rupa sehingga waktu lalat masuk perangkap untuk memakan umpan, tetapi tidak dapat keluar lagi. Selain itu dasar perangkap diberi air sehingga lalat akan mati jika jatuh. Jika umpannya diberi isoeugenol atau metal augenal maka lalat jantan saja yanag akan masuk dalam perangkap, tetapi jika menggunakan protein hidrolisat, tidak hanya lalat jantan tetapi lalat betina pun akan tertarik untuk masuk ke perangkap. Penyebabnya adalah lalat buah ini membutuhkan protein selama masa bertelur.
Secara Kimia
            Penyemprotan dengan menggunakan insektisida yang hanya ditujukan untuk lalat imagonya saja. Sementara itu telur dan larvanya tidak dapat disemprot karena sudah ada di dalam buah atau di dalam tanah.
Secara Kultur Teknis
            Sebelum dilakuakan kegiatan budidaya sebaiknya dilakukan pengolahan tanah dengan cara membajak atau mencangkul tanah yang akan ditanami hingga kepompong yang ada di dalam tanah dapat mati karena terkena sinar matahari.

b.2 Lalat pengkorok daun (Liriomyza huidobrensis)

Sistematika
Kingdom          : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class                : Insecta
Ordo                : Diptera
Family              : Agromyzidae
Genus               : Liriomyza
Species            : Liriomyza huidobrensis
      (Anonimk, 2009)

Morfologi
 Telur diletakakan pada daun muda oleh serangga dewasa dengan cara menusukkan ovipositornya. Jumlah telur 100 – 300 butir, telur tersebut akan menetas dalam 3-5 hari (Maspary, 2011).
Telur menetas menjadi larva dan langsung mengorok bagian mesofil (bagian dalam) daun. Larvanya tidak berkaki dan panjangnya mencapai 2-3 mm dengan lebar mencapai 0,88 mm. Larvanya berwarna putih krem. Bagian belakang tumpul atau agak membulat sedangkan bagain kepala agak meruncing. Warna pupariumnya coklat atau coklat kekuningan. Pada 7-12 hari larva akan menetas setelah mengalami 3 kali instar dan akan berubah menjadi pupa. Dalam 3- 6 hari pupa (kepongpong) akan menjadi lalat dewasa (Maspary, 2011).
Imago betinanya memiliki panjang sekitar 2.2 mm, sedangkan yang janatan lebih kecil yaitu 1.9 mm. Warnanya hitam mengkilap, kecuali kaki, antenna, dan tulang sayap berwarna coklat muda. Abdomentnya berwarna kekuningan (Pracaya, 2009).

Stadia Merusak
Liriomyza huidobrensis  merusak tanaman pada saat stadia larva.

Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak
Gejala awal dari serangan hama pengorok daun adalah adanya bintik berwarna putih pada daun. Setelah beberapa hari dimulai dari bintik putih tadi akan terbentuk garis putih yang berkelok-kelok pada daun. Semakin hari garis-garis tersebut semakin banyak dan semakin panjang sehingga warna daun menjadi keputih-putihan dan akhirnya daun mengering dan mati. lalat dewasa meletakkan telur pada daun dengan cara menusukkan ovipositornya, telur tersebut akan menetas dalam 3-5 hari. Telur menetas menjadi larva dan langsung mengorok bagian mesofil (bagian dalam) daun. Larva terus memakan mesovil daun sambil berjalan maju sehingga meninggalkan bekas gerekan berupa garis-garis yang berkelok-kelok pada daun tanaman (Maspary, 2011).
Dalam waktu hitungan kurang dari 5 hari jika hama pengorok daun ini menyerang bisa menyebabkan gagal panen.

Pengendalian
Untuk mengendalikan pengorok daun Liriomyza spp. melalui manipulasi lingkungan (tritropic levels) dengan memadukan antara pengaturan pola tanam dan penerapan teknologi pertanian ramah lingkungan, yaitu:
Secara Kultur Teknis
- Menanam tanaman kacang merah (red bean) atau buncis (snap bean) sebagai tanaman perangkap Liromyza sekaligus tempat berkembang biaknya parasitoid H. varicornis pada pematang atau pinggiran kebun, yang sebaiknya ditanam lebih awal sebelum tanaman pokoknya.
- Menanam tanaman pada awal musim tanaman yang jika terserang Liriomyza spp. tidak mengakibatkan kerugian secara ekonomis, karena menyerang daun yang sudah tua seperti brokoli atau kubis, kemudian pada musim tanam kedua menanam kentang atau bawang daun yang ditumpangsarikan dengan kacang merah atau buncis.
- Melakukan sistem pola tanam tumpang sari antara kacang merah dengan kentang, buncis dengan bawang daun, buncis dengan kubis, dan lain-lain (Latifah, 2010).
Secara Biologis
Memanfaatkan musuh alami. Musuh alami yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama penggorok daun pada kentanng antara lain:
Hemiptarsenus varicorni
H. varicornis (Hymenoptera : Eulophidae) merupakan parasitoid penting pada hama Liriomyza huidobrensis. Parasitoid tersebut dapat di temukan di seluruh areal pertanaman kentang yang terserang L. huidobrensis. Tingkat parasitasi H. varicornis terhadap L. huidobrensis pada tanaman kentang, kacang-kacangan, seledri, tomat dan caisin rata-rata adalah 37,33%; 40,63%; 35,71%; 24,69% dan 31,68%. Nisbah kelamin antara jantan dan betina adalah 1,5 : 1 (Setiawati dan Suprihatno, 2000). Siklus hidup H. varicornis berkisar antara 12-16 hari. Masa telur, larva dan pupa masing-masing 1-2 hari, 5-6 hari, dan 6-8 hari. Masa hidup betina berkisar antara 88-22 hari. Satu ekor betina mampu menghasilkan telur sebanyak 24-42 butir (Hindrayani dan Rauf, 2002. dalam A.S.
Duriat et al. 2006).
Opius sp.
Opius sp. merupakan parasitoid penting hama L. huidobrensis. Telur berbentuk lonjong, dengan salah satu bagian ujungnya sedikit lebih membengkak dibandingkan dengan ujung yang lain. Siklus hidupnya berkisar antara 13-59 hari. Masa telur, larva dan pupa masing-masing 2, 6, dan 6 hari. Satu ekor betina mampu menghasilkan telur sebanyak 49-187 butir. Instar yang paling cocok untuk perkembangan parasitoid Opius sp., adalah instar ke-3. Pada instar tersebut masa perkembangan parasitoid lebih singkat dan keturunan yang dihasilkan lebih banyak dengan proposi betina yang lebih tinggi. Nisbah kelamin jantan dan betina adalah 1:1 (Rustam et a.l, 2002. dalam A.S. Duriat et al., 2006).
Penggunaan ekstrak biji mimba (Azadirachta indica)
Musuh alami yang lain adalah  parasitoid  hama tersebut, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Diglyphus-begini, ektoparasitoid larva;
2. Diglyphus-intermedius, ektoparasitoid larva;
3. Chrysocaris-oscinidus, endoparasitoid larva-pupa;
4. Ganaspidium-utilis, endoparasitoid larva-pupa;dan
5. Halticoptera-circulus, endoparasitoid larva-pupa

Secara Kimia
Insektisida untuk mengendalikan hama ini, dengan Frekuensi aplikasi dua kali per minggu. Insektisida yang paling banyak digunakan adalah dari golongan piretroid dan organofosfat.

b.3 Oteng-oteng atau Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver)

Sistematika
Kingdom          : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class                : Insecta
Ordo                : Coleoptera
Family              : Chrysomelidae
Genus               : Aulocophora
Species            : Aulocophora similis Oliver
(Anonim, 2009)

Morfologi
Telur dari serangga ini biasanya diletakkan di dalam tanah atau di daun, telur berbentuk bolat lonjong berwarna putih. Larvanya umumnya berwarna abu-abu kehitaman, agak gemuk dan memiliki duru-duri dipermukaan tubuhnya. Banyak dijumpai di areal budidaya, larvanya ada yang hidup di tanah. Serangga ini membentuk pupa di permukaan tanah.
Serangga imagonya memiliki tubuh yang relative kecil, pendek, dan gemuk. Memiliki warna yang cerah dan mengkilap polos. Kepalanya tidak memenjang menjadi suatu moncong, ujung abdomennya tertutup elytra. Antena pendek, kurang dari setengah panjang tubuhnya. Imagonya sering menjatuhkan diri dari tanaman dan seolah-olah mati bila ada yang mengganggu.

Stadia Merusak

Aulocophora similis Oliver  merusak tanaman dari stadia larva dan stadia imago.

Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak
Gejala terserang kumbang ini yaitu tanaman menjadi layu karena jaringan akarnya dimakan larva dan daunnya dimakan kumbang. Hama ini juga menyerang akar. Kumbang daun ini merusak dan memakan daging daun sehingga daun bolong; pada serangan berat, daun tinggal tulangnya.

Pengendalian
Pengendalian secara kimia yaitu dengan menyemprot insektisida curacon 500 EC. Pengendalian secara mekanik yaitu dengan gropyokan. Pengendalian juga dapat menggunakna Natural BVR atau PESTONA.

b.4  Siput (Achatina fulica)
Sistematika
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Molluska
Kelas               : Gastropoda
Ordo                : Pulmonata
Famili               : Achanidae
Genus               : Achatina
Species            Achatina fulica
(Anonim, 2009)

Morfologi
 Bentuk cangkang siput pada umumnya seperti kerucut dari tabung yang melingkar seperti konde. Puncak kerucut merupakan bagian yang tertua, disebut apex. Sumbu kerucut disebut columella. Gelung terbesar disebut body whorl dan gelung kecil-kecil di atasnya disebut spire. Di antara bibir dalam dan gelung terbesar terdapat umbilicus, yaitu ujung culumella yang berupa celah sempit sampai lebar dan dalam. Apabila umbilicus tertutup, maka cangkang disebut imperforate.
Bekicot termasuk keong darat yang pada umumnya mempunyai kebiasaan hidup di tempat lembab dan aktif di malam hari (nocturnal).
Bekicot termasuk golongan mollusca karena memiliki badan lunak dan coelom tanpa segmen. Badan ditutup oleh cangkang, panjang sekitar 90 mm. ciri-ciri umumnya yakni memiliki sel-sel kemoreseptor yang terletak pada ujung tentakel okuler dan juga memiliki reseptor cahaya berupa ocelli.
Bekicot dapat hidup normal sampai umur 3 tahun. Bekicot senang berada di tempat yang lembab dan banyak terdapat sampah. Hewan ini memakan berbagai tanaman budidaya, oleh karena itu bekicot termasuk salah satu hama tanaman. Kondisi lingkungan optimal untuk hidupnya adalah di daerah tropis basah. Suhu minimal letal adalah 45 ˚F atau 7,22 ˚C dan bekicot senang di daerah yang mempunyai pH antara 7-8. Selain itu, di lingkungan yang berkapur mempunyai korelasi yang positif dengan banyaknya populasi bekicot.
Telur bekicot berwarna merah muda bergerombol dalam jumlah banyak, biasanya diletakkan di batang di pinggir sungai atau tempat-tempat yang lembab.

Stadia Merusak
Hama bekicot (Achatina fulica) merusak tanaman pada stadia imago atau hewan dewasa.

Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak

Hama tersebut dapat daun menghabiskan daun hingga yang tersisa tulang daun beserta jalur-jalur kecil mesofilnya sehingga daun menjadi kering kecokelatan. Bila ini dibiarkan, produksi buah bisa berkurang.
Siput juga dapat menyerang tanaman pare. Tanaman terkoyak-koyak dan rusak. Bila tanaman masih kecil, serangan siput bisa mematikan.
Bagian tumbuhan yang diserang bekicot berbeda-beda mulai dari bagian kulit batang, daun, bunga, buah, tumbuhan muda, sisa tumbuhan yang telah kering sampai bagian keseluruhan dari tumbuhan tersebut.

Pengendalian

            Pengendalian hama bekicot di antaranya dapat dilakukan dengan cara: Pemberantasannya dengan membuang dan membasmi semua bekicot yang berada di tanaman dan sekitar tanaman. Bila dalam jumlah banyak perlu memakai insektisida/dijebak dengan bubuk prusi.
Selain itu dapat dilakuakan dengan sanitasi lingkungan yaitu dengan membersihkan areal pertanaman karena hama ini menyukai tempat-tempat yang lembab dan kotor.
Pengendalain secraa biologi dapat dilakuakan dengan menggunakan Jamur Metharizium, karena Metharizium anisopliae merupakan salah satu mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman ya termasuk hama bekicot ini.
















BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pembahasan makalah Hama Penting Tanaman Sayuran Famili Brassicaceae dan Cucurbitaceae dapat disimpulkan sebagai berikut:

Untuk melakukan pengendalian terhadap hama-hama penting tanaman sayuran sebaiknya tidak menggunakan pengendalain secara kimia yang menggunakan pestisida, karena akan meninggalkan residu pada sayuran tersebut. Residu pestisida tersebut akan berbahaya bagi kesehatan manusia.


DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Lutfi. 2010. Pengendalian Hama Pengkorok Daun Liriomyza huidobrensis (Diptera: Agromyzidae) pada Tanaman Sayur-Sayuran. (http://lutfiafifah. wordpress.com/ diakses 28 Februari 2011).

 

Agarwal, ML, DD dan O. Rahman Sharma. 2007. Bactrocera cucurbitae (Coquillett). (http://www.extento.hawaii.edu/kbase/crop/Type/bactroc.ht, diakses 26 Februari 2011).

Ipteknet. 2005. Pare. (http://www.iptek.net.id. diakses 26 Februari 2011).
Margiyanto, Eko. 2007. Budidaya Tanaman Sawi. (Error! Hyperlink reference not valid., diakses 26 Februari 2011).

Pracaya. 1993. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sampit, Ari. 2009. Budidaya Mentimun, (http://wongtaniku.wordpress.com/, diakses 26 Februari 2011).

Yulia, Esti.  2010. Hama Penting Tanaman Kubis. (http://blog.ub.ac.id/estiyulia, diakses 26 Februari 2011).

Maspary, 2011. Mengendalkan Hama Pengorok Daun/Hama Orek-orek/Hama Grandong (Liriomyza sp.). (http://www.gerbangpertanian.com/ 2011/02/mengendalikan-hama-pengorok-daun-hama.html, diakses 28 Februari 2011).